Toxic Femininity: Bikin Hidup Perempuan Makin Berat

Fri Aug 23 2024

Toxic Femininity: Bikin Hidup Perempuan Makin Berat

Fri Aug 23 2024


Sebagai kaum perempuan, pernah nggak merasa harus selalu bersikap lemah lembut, penurut, dan tidak boleh berambisi? Atau,  merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna dan harus selalu mengutamakan kebutuhan orang lain? Kalau iya, kamu mungkin terjebak dalam toxic femininity.

Apa Sih Toxic Femininity?

Toxic femininity itu bukan tentang menjadi perempuan yang lemah atau penakut. Toxic femininity lebih ke tentang pemaksaan perempuan untuk mengikuti standar kecantikan dan perilaku yang kaku dan represif. Jadi seperti kayak ada "aturan" nggak tertulis tentang gimana cewek "seharusnya" bersikap. Jadi lingkungan punya ekspektasi tertentu terhadap perempuan. 

Perempuan yang terjebak dalam ekspektasi toxic femininity sering kali merasa harus mengorbankan kemandirian, keinginan, dan kepribadian mereka sendiri demi menyenangkan orang lain. Sedih banget, ya. 

Apa Dampak Toxic Femininity Buat Perempuan?

Toxic femininity bisa bikin perempuan ngerasa nggak percaya diri, cemas, bahkan depresi. Selain itu, standar kecantikan yang nggak realistis juga bisa bikin perempuan ngerasa nggak puas sama penampilan mereka sendiri. Duh, nggak banget, kan?

Ekspektasi-ekspektasi ini bahkan sampai bikin perempuan merasa terkekang dan nggak bisa jadi diri sendiri. Jadi takut ngomong, takut dibilang "nggak feminin", atau bahkan takut dianggap "nggak baik". Padahal, perempuan berhak bahagia dan sukses dengan sikap dan cara masing-masing! 

5 Tanda Kamu Terjebak dalam Toxic Femininity

1. Docile atau Jinak

Kamu selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain, bahkan sampai mengorbankan keinginan dan kebutuhanmu sendiri. Kamu merasa tidak pantas untuk berpendapat atau menentang orang lain, terutama laki-laki.

2. Hyper-Femininity

Kamu merasa harus selalu tampil feminin dan berperilaku sesuai dengan stereotip perempuan. Kamu merasa tidak pantas untuk menjadi pemimpin atau mengambil risiko. Kamu juga merasa harus selalu mengurus rumah tangga dan merawat anak.

3. Polisi Feminitas

Kamu sering mengkritik perempuan lain yang tidak sesuai dengan standar femininitasmu. Kamu merasa berhak untuk mendikte cara perempuan lain harus berpakaian, berbicara, dan berperilaku.

4. Sabotase Sesama Perempuan

Kamu merasa terancam oleh perempuan lain yang lebih sukses atau lebih percaya diri. Kamu sering berusaha untuk menjatuhkan perempuan lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Menganggap Kompetisi Perempuan Hanya untuk Menarik Perhatian Laki-laki

Kamu melihat perempuan lain sebagai saingan, bukan sebagai teman. Kamu merasa bahwa perempuan harus bersaing untuk mendapatkan perhatian laki-laki.

Sikap Positif Terhadap Femininitas

1. Standar Feminin Itu Subjektif
Tidak ada satu standar femininitas yang berlaku untuk semua perempuan. Setiap perempuan berhak untuk mendefinisikan femininitas dengan caranya sendiri.

2. Motivasi Perempuan Itu Penting
Perempuan berhak untuk memilih jalan hidupnya sendiri, selama pilihannya tidak merugikan orang lain. Motivasi perempuan untuk memilih jalan hidupnya harus dihormati.

3. Dukungan Sesama Perempuan Itu Penting
Perempuan harus saling mendukung dan mengangkat satu sama lain. Kita harus bekerja sama untuk melawan toxic femininity dan membangun dunia yang lebih adil dan inklusif untuk semua perempuan.

Toxic femininity adalah masalah serius yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional perempuan. Jika kamu merasa terjebak dalam toxic femininity, penting untuk mencari bantuan dari profesional atau berbicara dengan orang yang kamu percaya. Ingatlah bahwa kamu tidak sendirian, dan kamu berhak untuk menjadi diri sendiri tanpa harus mengikuti standar yang kaku dan represif.


Kamu Mungkin Suka

image

Berani Bertanggung Jawab: Stop Kebiasaan Mengambinghitamkan!

25 September 2024

image

Mencari Validasi: Ketika “Like” Adalah Segalanya

25 September 2024

image

Menahan Hak Orang Lain: Sebuah Tinjauan Etis dan Hukum

25 September 2024

Lihat Semua